20.3.16
19.3.16
Staying is a choice you can’t force it..
Bertahan dengan seseorang yang belum tentu dia mau bertahan
sama lo, itu lo ga bisa maksa keadaan untuk dia memihak ke lo. Lo boleh
bertahan, tapi ketika lo tau orang itu tidak ingin mempertahankan ya udah
gausah memaksakan dia dengan segala macam usaha agar dia mau bertahan dengan
lo.
Melepaskan dan mendo’akannya lebih baik di banding lo harus
bertahan seumur hidup buat dia rela mati rela buat hal yang bodoh-bodoh yang ga
masuk akal agar dia mau mengkasihani lo eeeeh tapi dianya malah bodo amaat,
menurut gue itu terlihat seperti menyedihkan dan wasting time banget gaaaakk si cuma ngabisiin waktu lo.
Sedih boleh, sedih wajar…. Tapi gausah yang berlebihan yaaa
agan-agan hehehe :D
Pernah punya pengalaman cerita duluuuuu banget punya temen
yang di terror sama mantan pacarnya si pacarnya (nah lho ribet) dia terror beratus-ratus
sms dengan kata-kata yang kasar dan miscall sampe ke no. tlp rumah temen gue Cuma karna si mantannya itu masih sayang
daaaan gak rela untuk ditinggalin.. hiiiiii ini nih yang serem, ketika lo udah
terbuai oleh dunia dan termakan cinta buta, lo seakan-akan dibuat gila..
Terlalu mengagung-agungkan cinta pun tidak baik, apalagi
cinta kepada manusia yang hakikatnya rasa cinta itu hadir ketika dua insan
dipertemukan dengan ijab qabul nah disitulah cinta namanya..
Saran nih buat kalian yang begini huhu mendingan sekarang
kurang-kurangin rasa sayangnya jadi ga akan terlalu sakit kalo kalian berdua ga
jodoh. Still trying be a good person soalnya jodoh mu adalah cerminan mu,
bersyukur kalo emang gak jodoh karna lo bakalan di pertemukan orang yang lebih
baik lagi dari dia coba kalo ga pisah kan hidup lu Cuma sm dia aja terus haaha,
lapangkan hati, ikhlaskan hati agar semua akan baik-baik aaja…
10.3.16
GROSS MOTOR FUNCTION CLASSIFICATION SYSTEM
Gross
motor function klasifikasi system adalah sebuah level sistem klasifikasi klinis
yang menggambarkan atau mengukur fungsi motorik kasar seorang cerebral palsy.
Cerebral palsy merupakan sekumpulan gejala neurologis yang di sebabka oleh
kerusakan atau adanya lesi pada otak yang mempunyai sifat tidak progresif yang
terjadi pada otak pada saat immature.
Faktor-faktor
penyebabnya :
1. Faktor
dalam masa kehamilan
2. Faktor
masa persalinan
3. Faktor
masaa setelah persalinan
Gejalan
dan kelainan fungsi :
Di
tinjau dari pergerakan otot
Ø Spastik
Ø Athetoid
Ø Ataxia
Ø Rigid
Ø Tremor
Ø Campuran
Ditinjau
dari jumlah anggota tubuh yang terkena
Ø Monologi
Ø Diplegia
Ø Hemiplegia
Ø Triplegia
Ø Tetraplegia
/ quadriplegia
Pembagian
berdasarkan kemampuan fungsional :
Ø Ringan
: cerebral palsy kelompok ringan dapat hidup bersama-sama dengan anak lainnya,
kelainannya tidak mengganggu kegiatan sehari-hari, kecerdasannya > 70
persen, hanya perlu sedikit bantuan dan tidak perlu bantuan khusus yang extra,
dapat berkomunikasi cukup baik.
Ø Sedang
: cerebral palsy kelompok sedang berbeda dengan kelompok yang ringan, kelompok
yang sedang memerlukan perhatian khusus dikarnakan kemampuan fisik terbatas
sehingga memelukan bantuan, fungsi dari motoric halusnya terganggu, komunikasi
tidak baik hanya bisa mengucapkan sepatah atau dua patah yang jelas, memerlukan
tambahan alat bantu untuk bergerak, kecerdasar 50-70 persen, bergantung
terhadap orang lain.
Ø Berat
: cerebral palsy kelompok berat sulit sekali melakukan kegiatan fiisik maka
dari itu tidak sama sekali berjalan, motoric halusnya tidak asa, sangat
memerlukan bantuan, perlu intensif untuk merawat kelompok berat ini.
Kelainan
fungsi :
Ø Mobilisasi
Ø Komunikasi
Ø Mental
Komplikasi
:
Ø Kontraktur
Ø Scoliosis
Ø Deformitas
Ø Decubitus
Ø Gangguan
mental
Gross motor function classification
system (GMFCS) untuk cerebral palsy diklasifikasi 5 tingkat ini dibedakan dari
gerak fungsional, keterbatasan dan kebutuhan alat bantu genggam seperli kruk
atau tongkat, mobilitasnya, dan untuk tingkatan yang lebih rendah ada pada kualitas
gerak. GMFCS berdasarkan tingkat :
1. Level
I : berjalan tanpa menggunakan alat
bantu,
2. Level
II : bejalan dengan keterbatasan
3. Level
III : berjalan menggunakan alat bantu genggaman tangan
4. Level
IV : berjalan dengan satang keterbatasan mengggunakan alat bantu, terkadang
memerlukan bantuan kursi roda untuk berpergian
5. Level
V : di angkut menggunakan kursi roda manual
Perbedaan
level antara level I dan level II adalah dimana level II memiliki keterbatasan
berjalan dengan jarak jauh, memungkinkan untuk menggunakan alat bantu gerak
seperti kruk untuk berjalan, pada level II juga mengalami kesulitan untuk
berjalan di permukaan yang kasar, membutuhkan kursi roda disaat berpergian
jarak jauh, memerlukan tangga ketika hendak ingin naik atau turun tangga, tidak
mampu berlompat. Perbedaan level II dan level II anak-anak pada level II mampu
berjalan tidak menggunakan alat bantu meskipun sesekali memerlukan alat bantu,
pada anak-anak level III alat bantu untuk berjalan sangat dibutuhkan, kesulitan
untuk berjalan dipermukaan yang rusak, membutuhkan kursi roda untuk di luar
ruangan. Perbedaan pada level III dan level IV anak-anak level III dapat duduk
sendiri walaupun terkadang memerlukan batuan dari luar, pada level IV anak
duduk membutuhkan sanggahan dan lebih membutuhkan kursi roda. Perbedaan level
VI dan level V adalah anak-anak dan pemuda di Tingkat V memiliki keterbatasan
parah di kepala dan trunk kontrol dan memerlukan sangat membutuhkan alat bantu
kursi roda.
Pembagian derajat fungsional cereberal
palsy menurut GMFCS dikelompokan juga disesuaikan menurut usia. Yaitu dengan
kelompok usia 0 – 2 tahun, kelompok usia 4 – 6 tahun, kelompok usia 6 – 8
tahun, kelompok usia 8 – 12 tahun, kelompok usia 12 – 18 tahun.
1. Kelompok
usia 0 – 2 tahun
Ø Level
I : bayi akan dapat bergerak maju dan mundur pada posisi duduk dengan kedua
tangga bebas memainkan suatu objek. Bayi dapat merangkak dengan lututnya, bayi
dapat berdiri dengan berpedangan dan melangkah dengan merembet di perabotan
rumah tangga. Bayi dapat berjalan di usia 18 bulan dan 2 tahun tanpa
menggunakan alat bantu.
Ø Level
II : bayi mampu duduk dilantai dengan menggunakan kedua tangannya untuk menjaga
keseimbangannya. Bayi dapat merayap dengan kedua tangan dan kakinya. Bayi
mungkin menarik untuk berdiri dan mengambil langkah-langkah berpegangan pada
perabotan rumah tangga.
Ø Level
III : bayi memiliki head control namun tumpuan pada anggota gerak tubuh bagian
atas diperlukan saat duduk di lantai. Bayi mampu melakukan rolling dengan
posisi mengangkat wajah dan mampu melakukan rolling dengan posisi wajah
tertutup.
Ø Level
IV : bayi memiliki head control namun butuh tumpuan atau dan dan sandaran pada
saat bayi duduk, mampu melakukan rolling dengan posisi wajah menunduk.
Ø Level
V : keterbasan fisik mengakibatkan keterbatasan dalam mengontrol gerakan. Bayi
tidak cukup baik dalam head control, bayi membutuhkan bantuan orang dewasa saat
melakukan rolling.
2. Kelompok
usia 2 – 4 tahun
Ø Level
I : anak dapat duduk di lantai dengan tangan bebas untuk memainkan suatu objek,
dalam hal pergerakan anak dapat melakukan sendiri tanpa bantuan orang dewasa, anak
dapat berjalan sebagai bentuk mobilisasi tanpa menggunakan alat bantu gerak.
Ø Level
II : anak duduk di lantai dengan mengalami kesulitan keseimbangannya pada saat
tangan anak memainkan suatu objek. pergerakan bisa dilakukan secara mandiri
tanpa bantuan orang dewasa, tetapi pada saat anak berdiri membutuhkan bantuan
atau pegangan agar anak dapat berdiri biasanya anak memilih permukaan yang
stabil atau halus agar keseimbangannya tetap stabil. Anak dapat merangkak
dengan tumpuan di kedua tangan dan kakinya, dengan menggunakan pola aktif
silmutan, berjalan menggunakan bantuan.
Ø Level
III : anak duduk dengan menggunakan pola W tertekuk dan internal rotasi hip dan
knee dan memungkinkan untuk memerlukan bantuan orang dewasa untuk menjaganya
saat duduk. Anak-anak merangkak pada kedua tangan dan lututnya tanpa gerakan
kaki yang aktif simultan sebagai metode utama mereka bergerak. Anak-anak
berdiri dengan cara berpegangan dengan permukaan yang stabil dan jarak yang
pendek, dalam hal ini anak-anak mungkin berjalan dengan jarak tempuh yang tidak
panjang atau tidak lama didalam ruangan dan anak-anak level III ini membutuhkan
alat bantu pegangan pada saat berjalan dan butuh bantuan dari orang dewasa.
Ø Level
IV : anak-anak duduk di lantai dengan bantuan orang dewasa atau sudah di
posisikan duduk oleh orang dewasa, anak-anak tidak bisa menjaga keselarasannya
dan keseimbangannya tanpa menggunakan kedua tangannya untuk bertumpu. Anak
membutuhkan alat adaptif untuk duduk dan berdiri. Pergerakan yang di lakukan
dengan jarak yang pendek dapat dicapai dengan merayap ataupun merangkak.
Ø Level
V : gangguan fisik tersebut akan membatasi gerakan yang diinginkan dan
kemampuan untuk mengantur control kepala dan trunk controlnya. Semua fungsi
motoriknya memiliki keterbatasan. Keterbatasan fungsional dalam melakukan duduk
dan berdiri tidak sepenuhnya bisa dikompensasi oleh alat bantu.
3. Kelompok
usia 4 – 6 tahun
Ø Level
I : anak dapat duduk dan bangkit ketika anak duduk di kursi tanpa menggunakan
bantuan tangan. anak mampu berjalan baik di dalam maupun di luar ruangan dan
dapat naik dan turun tangga, anak mampu untuk berlari dan melompat.
Ø Level
II : anak duduk di kursi dengan kedua tangannya bebas melakukan atau memainkan
suatu objek. Anak mampu bangkit dari lantai untuk berdiri, tetapi hal ini
sering membutuhkan sesuatu pegangan yang dapat menyanggah untuk menstabilkan
tubuhnya dengan menggunakan kedua tangan anaknya. Anak mampu berjalan tanpa
menggunakan alat bantuan dengan jarak tempuh yang tidak panjang pada permukaan
yang stabil di luar ruangan. Anak dapat berjalan dan menaiki tangga dengan
bantuan atau berpegangan pada tepi tangga, dalam level ini anak belum mampu
untuk melakukan berlari ataupun melompat.
Ø Level III : anak dapat duduk dengan
menggunakan alat bantu pada pelvic untuk memaksimalkan fungsi tangannya. Anak
dapat bangkit dari duduk dengan menggunakan alat bantu di permukaan yang rata. Anak
sering kali di bantu dalam hal pergerakan pada jarak yang jauh dan di luar
ruangan untuk jalan yang tidak rata.
Ø Level
IV : anak mampu duduk di kursi dengan alat bantu untuk mengkontrol
keseimbangannya. Anak bangkit dari duduknya dengan bantuan orang dewasa atau
suatu objek yang dapat menjadi tumupan tubuhnya bergerak. Anak mampu berjalan
dengan jarak yang pendek dengan menggunakan alat bantu walker dengan pengawasan
orang dewasa, tetapi kesulitan untuk melakukan berputar dan menjaga
keseimbangannya pada permukaan yang rata. Anak di bantu menggukan alat bantu di
tempat umum. Anak bisa mampu mengendalikan kursi roda yang bertenaga listrik.
Ø Level
V : gangguan fisik sangat membatasi kemampuan control gerakan, head control dan
postural control. Semua fungsi gerak motorik sangat terbatas. Keterbatasan
untuk duduk dan berdiri yang tidak dapat dikompensasi dengan alat bantu. anak
tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri dan dibantu untuk
pergerakannya.dalam level ini membutuhkan sebuah kursi roda untuk kegiatan di
luar.
4. Kelompok
6 – 12 tahun
Ø Level
I : anak-anak dapat berjalan didalam maupun di luar sekolah, anak-anak dapat
aktivitas di dalam dan diluar seperti bersekolah. Anak-anak dapat naik dan
turun ditangga tanpa berpegangan pada pagar tangganya. Anak-anak dapat berlari
dan melompat tetapi dengan keterbatasan kecepatan, koordinasi, dan
keseimbangan. Anak-anak dapat mengikuti kegiatan seperti berolah raga.
Ø Level
II : anak-anak dapat berjalan dengan keterbatasan, anak-anak menemukan
kesulitan ketika berjalan di permukaan yang tidak rata, permukaan yang condong, di lingkungan yang ramai, atau kesulitan
berjalan sambil memegang suatu objek. Anak-anak dapat naik dan turun ditangga
dengan perpegangan pada pagar tangga atau bantuan dari orang dewasa. Ketika di luar
ruangan anak-anak membutuhkan bantua seperti walker untuk berjalan jarak jauh.
Keterbatasan pada melompat dan berlari sehingga membuat anak ini keterbatasan
mengikuti kegiatan seperti olah raga.
Ø Level
III : anak-anak berjalan menggunakan
alat bantu berjalan. Ketika anak pada level ini duduk, anak-anak memerlukan
sabuk pengaman untuk keselarasan panggul dan keseimbangan tubuhnya. Dari posisi
duduk ke berdiri memerlukan bantuan fisik dari orang dewasa. Ketika berpergian
jarak jauh memerlukan alat bantu gerak seperti kursi roda. Anak-anak naik dan
turun tangga berpegangan pada pagar tangga dengan pengawasan atau bantuan fisik
dari orang dewasa. Keterbatasan dalam berjalan membutuhkan adaptasi untuk
berpartisipasi mengikuti kegiatan fisik.
Ø Level
IV : anak-anak membutuhkan alat bantu fisik untuk bergerak. Anak-anak
membutuhkan tempat duduk yang khusus untuk mengkontrol panggul dan bantuan
fisik untuk perpindahan. Dirumah anak-anak menggunakan alat bantu untuk
bergerak di lantai (roll, creep atau merangkak) anak berjalan dengan jarak
pendek membutuhkan bantuan fisik atau menggunakan mobilitas bertenaga. Ketika
anak berada diluar ruangan anak-anak menggunakan alat bantu untuk menjaga
keseimbangannya di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Di luar ruangan anak-anak
di angkut menggunakan kursi roda.
Ø Level
V : anak-anak di angkit menggunakan alat bantu gerak seperti kursi roda.
Anak-anak kesulitan untuk mempertahankan antigravitasi kepala (head control),
postral tubuh, control lengan dan gerakan kaki. Alat bantu dapat meningkatkan
head control, tempat duduk tetapi tidak sepenuhnya di kompensasi olet
peralatan. Di rumah anak-anak mampu bergerak dengan jarak yang minim dengandi
bantu oleh orang dewasa. Anak-anak beradaptasi menggunakan alat bantu bergerak
untuk mengkontrol perpindahan. Keterbatasan dalam bergerak mengharuskan anak
beradaptasi untuk mengikuti atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik dan olah
raga termasuk bantuan fisik dan menggunakan mobilitas bertenaga.
5. Kelompok
usia 12 – 18 tahun
Ø Level
I : pemuda dapat berjalan didalam maupun di luar ruangan. Pemuda dapat berjalan
naik dan turun trotoar atau tangga tanpa menggunakan alat bantu pagar tangga.
Pemuda dapat melakukan keterampilan motoric kasar seperti berlari dan melompat
tetapi memiliki keterbatasan dalam kecepatan, keseimbangan dan koordinasi.
Pemuda mampu berpartisipasi dalam kegiatan tergantung pada pilihan individu
pemuda.
Ø Level
II : pemuda berjalan dengan aturan keterbatasan berjalan di permukaan yang
tidak rata, condong, jarak yang jauh, tuntutan waktu dan cuaca. Diluar ruangan
pemuda membutuhkan alat bantu untuk pemuda bisa berjalan untuk keamanan si
pemuda itu sendiri. Pemuda mampu berjalan menaiki dan turun tangga dengan
berpegangan pagar tangga atau dengan bantuan fisik jika tidak memiliki pagar
pada tangganya. Keterbatasan pada kerja motoric kasar membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dalam kegiatan fisik.
Ø Level
III : pemuda mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu gerak seperti cruck.
Pemuda duduk dengan membutuhkan sabuk pengaman untuk keselarasan panggul dan
menjaga keseimbangannya. Pemuda bangkit dari duduk di lantai memerlukan bantuan
fisik dari orang dewasa. Di sekolah pemuda membutuhkan alat bantunkursi roda
manual atau menggunakan yang bertenanga. Pemuda mampu berjalan naik ataupun
turun dengan berpegangan pada pagar tangga dengan pengawasan dan bantuan fisik
dari orang dewasa. Keterbatasan dalam berjalan mungkin memerlukan adaptasi
untuk mengaktifkan partisipas dalam kegiatan fisik dan olah raga termasuk unutk
mendorong kursi roda atau mobilitas pengguna bertenaga.
Ø Level
IV : pemuda menggunakan mobilitas roda di sebagian besar waktunya. Pemuda
membutuhkan tempat untuk duduk adaptif sehingga dapat mengkontrol panggul dan
trunknya. Membutuhkan bantuan fisik ketika berpindah temoat. Pemuda dapat
menggunakan kakinya untuk membantunya berdiri. Dalam ruangan pemuda dapat
berjalan dengan jarak yang pendek dengan bantuan fisik dari orang dewasa.
Ketika pemuda berada di luar ruangan pemuda membutuhkan kursi roda, pemuda
mampu mengoperasikan kursi roda bertenaga. Ketika kursi roda bertenaga tidak
layak maka membutuhkan kursi roda yang manual.
Ø Level
V : pemuda di angkut menggunakan kursi roda yang manual dalam semua pengaturan.
Pemuda memiliki keterbatasan dalam mempertahankan head control, postur tubuh,
control lengan dan gerakan kaki. Untuk melakukan perpindahan berat badan atau
perpindahan gerak di butuhkan tenaga 1 atau 2 orang untuk membantunya. Pemuda
dapat mencapai pergerakannya dengan bantuan mobilitas bertenaga.
Sumber Pustaka :
Indriastuti L. Semarang
: dasar teori cerebral palsy dalam
pelatihan tim rehabilitasi pediatric Indonesia, 2002
Mc Charthy G T.
Physical disability in childhood. London: Churchill livingstone, 1992.
Palisano Robert,
Rosenbaum Peter dkk. McMaster University: CanChilld
Canter for Childhood Disability Research GMFCS – E & R, 2007.
Nama : Widya Andini
NIM : 021 311 033
Fisioterapi’ A 2013
Stikes Binawan
Langganan:
Postingan (Atom)