MAKALAH
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Komunikasi
COMMUNICATION EFECTIVE
Tanggal 5 Januari 2015
Disusun
oleh:
Widya Andini (021311033)
FISIOTERAPI 2013
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
Jl. Kalibata raya no. 25-30 Jakarta Timur
Telp. (021) 80880882, Fax:(021) 80880883
Website:
http://www.binawan-ihs.ac.id, Email: stikes@binawan-ihs.ac.id
PENDAHULUAN
Komunikasi
adalah suatu penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang di bagi
kepada orang lain. Berkomunikasi berarti menyampaikan suatu informasi dari
sumber pesan (komunikator) kepada satu atau lebih penerima pesan (komunikan)
dengan menggunakan seperangkat aturan atau cara tertentu.informasi yang
disampaikan bisa menggunakan kata-kata, pesan, online, nada suara/telephone,
bahasa tubuh dan lain-lain.
Komunikasi
sangatlah penting di dalam kesehatan. Sebagai tenaga medis harus memiliki komunikasi
yang baik karna komunikasi salah satu kunci keberhasilan tenaga medis untuk
memberikan pelayan yang prima terhadap pasiennya. Sebaliknya, ketidakberhasilan
tenaga medis terhadap masalah medis jika dikomunikasikan dengan baik tidak akan
menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman. Kemampuan seorang tenaga medis
untuk memiliki keterampilam berkomunikasi dengan baik terhadap pasiennya untuk
mencapai sejumlah tujuan yang berbeda. Ada 3 tujuan yang berbeda berkomunikasi
antara tenaga medis dan pasien :
1. Menciptakan
hubungan interpersonal yang baik
2. Pertukaran
informasi
3. Pengambilan
keputusan medis
Komunikasi secara efektif dengan pasien merupakan dimana
kita sebagai tenaga medis harus dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi
secara efektif dapat membantu kesembuhan pasien lebih cepat, karena perasaan
pasien berpengaruh terhadap psikilogi seseorang. Dengan terbentuknya komunikasi
efektif maka akan mempermudah dalam proses pelayanan kesehatan.
Dalam
melakukan komunikasi yang efektif kita sebagai tenaga medis harus mempelajari
antropologi kesehatan dan komunikasi antar budaya, pentingnya mempelajari
antropologi kesehatan dan komunikasi antar budaya dapat membantu kita sebagai
tenaga kesehatan melakukan komunikasi dengan berbagai kebudayaan dengan baik dan
terhindar dari kesalahpahaman dalam proses komunikasi.
Selain
itu di perlukan juga sosiologi kesehatan untuk mencapai komunikasi yang efektif
karena dimana kita sebagai tenaga medis ketika mendapatkan tugas pekerjaan di
berbagai daerah kita harus mampu untuk cepat beradaptasi terhadap lingkungan
kerja kita, untuk menciptakan itu semua kita butuh bersosialisasi kepada
tetangga baru ataupun masyarakat yang ada di sekitar kita dengan itu kita kan
sedikit demi sedikit tau bagai mana sifat dan karakter dari masing-masing
individu. Selain itu juga kita harus dekat dengan masyarakat sekitar agar kita
dapat cepat di percaya untuk merawat dan menyembuhkannya banyak juga masyarakat
pedesaan yang belum tau tentang kesehatan dan lingkungan yang baik dan sehat
itu seperti apa maka tugas seorang tenaga medis adalah mensosialisasikan apa
yang kita ketahui kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
layak lagi.
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang
dilakukan secara pribadi antar tenaga medis dan pasien. Dalam komunikasi
interpersonal ini memerlukan paling sedikit 2 orang yaitu komunikator dan
komunikan, komunikasi ini dapat terjadi secara langsung/bertatap muka amaupun
tidak langsung/online.
Pada
komunikasi interpersonal ini tenaga medis di tuntut untuk menjadi pendengar
yang baik maka hal ini tenaga medis mendengarkan keluhan apa saja yang di alami
oleh pasien. Tenaga medis harus membuat suasana menjadi kekeluargaan, tenang,
bersahabat agar pasien merasa nyaman dan percaya pada tenaga medis, hal ini
dapat memudahkan tenaga medis melakukan pengambilan keputusan medis.
komunikasi
interpersonal yang ditutut untuk menjadi pendengar yang baik ini berkaitan
dengan jurnal “effective communication” pada elemen ke 6 “active listening” dimana
Active listening adalah ketika di minta untuk mendefinisikan komunikasi, kebanyakan orang menggambarkan teknik yang digunakan untuk mengekspresikan
apa yang mereka pikirkan, rasakan, ingin
dsb.
Yaitu
bercerita, menulis atau bahasa tubuh. bagaimanapun, ketika anda mendapat
masalah yang sulit, mendengarkan jauh lebih baik dari pada berbicara dan bentuk
lain dari ekspresi. Maka sebagai tenaga medis selain kita harus menjadi komunikan
yang baik kita juga harus menjadi pendengar yang baik untuk pasien kita. Karena
keluhan yang di derita pasien dapat membaik dengan perasaan baik juga dari
penderita, dengan cara pasien menceritakan keluhan-keluhannya kepada kita
mungkin dapat meringankan beban yang dialami sang pasien walaupun kita hanya
bisa menjadi pendengar yang baik.
Komunikasi interpersonal ini bersifat
dinamis dan dua arah, jadi tenaga medis tidak hanya fokus dengan mendengarakan
apa yang di keluhkan pasien. Tapi juga tenaga medis dapat menanyakan apa yang
perlu di ketahui seperti kenapa bisa terjadi, Berapa lama Atau bagai mana
kronologis kejadiannya, dengan pertanyaan seperti itu kita sebagai tenaga medis
mendapatkan sedikit informasi dari pasien. ketika pasien menanyakan hal tenaga
medis di harapkan kita sebagai tenaga medis mampu menjawab dengan baik hal ini
merupakan komunikasi membutuhkan umpan balik. Jadi tenaga medis dan pasien
harus saling koperatif dalam melakukan konsultasi agar menciptakan suatu
komunikasi yang baik dan tidak ada kekeliruan.
Komunikasi secara
efektif dengan pasien di antaranya dengan cara
menerapkan lisan dan proses komunikasi non
verbal yang efektif, termasuk
komunikasi tertulis, mengadaptasi
komunikasi, di pengakuan
dampak bahasa, budaya,
kemampuan, usia, jenis kelamin dan status kesehatan, menangani
kemungkinan kebutuhan komunikasi kelompok tertentu, menyesuaikan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien tertentu, resolusi Konflik, mendengarkan secara aktif. Menunjukkan strategi
komunikasi yang biasa digunakan dengan
klien dalam kaitannya dengan
1. melakukan
konsultasi yang efektif / wawancara
2. menguraikan
intervetensi yang di usulkan
3. memberikan
instruksi
4. menerima
dan memberikan umpan balik
Komunikasi bisa di lakukan secara verbal maupun non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang di lakukan secara langsung,
bertatap muka satu sama lain. Dalam komunikasi verbal tenaga medis dapat
memulai dengan memperkenalkan diri sebelum melakukan tindakan yang lainnya,
lalu setelah mendengarkan berbagai keluhan dari pasien terapis sebelum melakukan
treatmentnya terapis di minta untuk menjelaskan apa saja prosedur treatment,
apa saja yang akan di berikan dan lain-lain hal ini dimaksudkan agar pasien
tidak kaget dengan treatment yang di lakukan.
Saat berkomunikasi dengan pasien,
tenaga medis dapat menggunakan bahasa yang formal tetapi tidak membuat pasien
menjadi tegang dan tidak nyaman penggunaan bahasa dapat di lihat dengan melihat
karakter sang pasien karna bahasa informal atau tidak resmi di anggap tidak
professional. Gunakan juga bahasa yang
biasa yang mudah di mengerti pasien, saat berhadapan dengan pasien
berhati-hatilah jika anda tenaga medis ingin melakukan humor hal ini untuk
berjaga-jaga agar pasien tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan tenaga
medis.
Hambatan pada komunikasi verbal
adalah ketika pasien yang bersangkutan berbeda bahasa. Tenaga medis mungkin
kesulitan jika pasien yang ditanganinya sulit mengungkapkan apa yang di
keluhkannya hal ini membutuhkan juru bicara atau sang pasien bisa membawa
saudara atau teman yang bisa mengartikan kepada tenaga medis agar tidak terjadi
kesalah pahaman yang akan berakibat fatal untuk tindakannya dan juga gunakan
nada suara yang positive agar sang pasien tetap merasa nyaman.
Komunikasi
non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh, kontak mata,
bahasa isyarat,ekspresi wajah, posture, gesture, kontak mata dan lain-lainnya.
Komunikasi secara non verbal lebih berpengaruh daripada komunikasi verbal,
Penelitian memperkirakan bahwa komponen non-verbal yang terdiri dari 55% sampai
97% dari komunikasi.
Dalam
komunikasi non verbal ini tenaga medis dapat menghindari pertanyaan seperti
“apa yang aku katakana?” di ganti dengan mengubah pertanyaan ke sebuah
pemikiran pasien atau apa yang pasien rasakan seperti “apa menurut anda suara
ini?” kebanyakan komunikasi non verbal bermanfaat ketika terapis atau tenaga
medis melakukan tindakkan atau melakukan treatment.
Ketikan
terapis melakukan tindakan maka terapis dapat mengecheck apakah pasien
mengalami rasa sakit atau pasien tidak nyaman itu dapat di ketahui dari
ekspresi pasien. Tenaga medis harus dengan cepat membaca ekspresi pasien,
apakah ada perubahan sebelum tindakan, apakan pasien merasakan nyaman
ditreatment oleh sang terapis, atau pasien menggerutkan wajahnya yang
mengartikan pasien tidak nyaman atau kesakitan.
Komunikasi
verbal dan nonverbal ini melibatkan suatu komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan dan dirancang untuk tenaga medis,
dimana seorang tenaga medis membantu masalah yang di hadapi oleh pasiennya
melalui proses komunikasi. Tujuan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan
interpersonal antara tenaga medis dan pasien, dalam membantu mengurangi beban
perasaan dan pikiran yang di derita klien, demi kesembuhan pasien.
Hubungan
pasien dengan tenaga medis adalah hubungan yang saling menguntungkan hubungan
yang saling mempengaruhi baik perasaan, pemikiran dan tingkah laku komunikasi
interpersonal devito meliputi :
- Keterbukaan (opennes) : kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
- Empati : empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami pada suatu saat tertentu,dari sudut pandang orang lain.
- Dukungan : situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung secara efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan terdapat sikap mendukung individu memperlihatkan sikap dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategi.
- Rasa positif : seseorang harus memiliki rasa posotif terhadap dirinya mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi kumunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
- Kesetaraan (equality) : komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.
·
Perawat harus menghargai keunikan klien
menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien dengan
melihat perbedaan latar belakang keluarga,budaya dan keunikan setiap individu.
·
Kejujuran (trustworthy) kejujuran adalah
modal utama dalam melakukan komunikasi terapeutik tanpa adanya suatu kejujuran
mustahil dapat membina hubungan yang saling percaya, klien akan jujur apa bila
dalam memberikan informasi yang benar bila perawat dapat di percaya.
Dari
ketiga elemen pada “effective communication”
berkaitan dengan beberapa buku yang sudah saya pelajari di antaranya
buku antropologi kesehatan dimana antropologi kesehatan membahas disiplin
budaya yang memberi perhatian pada aspek aspek biologis dan sosial budayadari
tingkahlaku manusia, terutama tentang cara cara interaksi antara keduanya di
sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Buku
komunikasi antar budaya, merupakan komunikasi yang menyatakan identitas sosial
dan menjembatani perbedaan antarbudaya, komunikasi antarbudaya yang intensif
(sering) dapat mengubah cara pikir, persepsi dan sikap seseorang. Komunikasi
antarbudaya yang efektif meliputi kemampuan seseorang dalam menyampaikan
maksud, berinteraksi, menyesuaikan kebudayaan dan jaminan diri dalam memasuki
budaya asing dengan baik.
Komunikasi
antarbudaya yang efektif meliputi kemampuan seseorang dalam menyampaikan
maksud, berinteraksi, menyesuaikan kebudayaan dan jaminan diri dalam memasuki
budaya asing dengan baik. Buku komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik
komunikasi yang di lakukan dan dirancang untuk tenaga medis, dimana seorang tenaga
medis membantu masalah yang di hadapi oleh pasiennya melalui proses komunikasi.
Tujuan
komunikasi terapeutik untuk membina hubungan interpersonal antara tenaga medis
dan pasien, dalam membantu mengurangi beban perasaan dan pikiran yang di derita
klien, demi kesembuhan pasien. Buku psikologi kesehatan, dimana buku ini
menjelaskan tentang bagian dari psikologi klinis, yang memfokuskan pada
kajian dan fungsi kesehatan individu terhadap diri dan lingkungannya, termasuk
penyebab dan faktor-faktor yang terkait dengan problematika kesehatan
individu.
Psikologi
Klinis merupakan ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak
normal, dilihat dari aspek psikisnya. Selain itu, tugas yang dihadapi psikologi klinis, adalah memahami
masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan aspek
kepribadian untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis mengenai kepribadian
terdapat 3 aspek kepribadian yang pelu dipahami :Motivasi, Kapasitas dan
Pengadilan.
Kita sebagai tenaga medis harus pandai
berkomunikasi agar meminimalisir konflik yang akan terjadi apabila penyampaian
tidak sampai dengan baik. ketika mendapatkan suatu hambatan berupa konflik
ingat apa yang telah di jelaskan di atas bahwa kita harus pandai untuk
mendengarkan segala keluhan yang ada, tetap tenang dan menggunakan komunikasi
yang jelas dan padat, jangan terpancing emosional kita tetap harus tenang.
sumber-sumber potensi
konflik :
- Pasien tujuan dan harapan yang berbeda dari orang-orang dari terapi fisik
- Kabur antara hubungan pribadi dan profesional / batas-batas.
- Berbeda kepribadian, gaya dan nilai-nilai
pencegahan konflik :
- Berkomunikasi tujuan dan harapan jelas – baik dalam verbal dan dalam bentuk tertulis, jika sesuai.
- Menjadi hormat di sepanjang waktu-dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan hormat.
- Menjadi hormat di sepanjang waktu-dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan hormat.
manajemen konflik :
- · Menemukan waktu yang tepat dan tempat untuk mengatasi situasi menantang yang akan memungkinkan emosi kemarahan, ketakutan, atau pembelaan mereda sebelum memulai percakapan dengan pasien. Menyisihkan prasangka tentang pasien atau situasi untuk terlibat dalam diskusi sopan tentang bagaimana untuk menyelesaikan masalah.
- · Menegosiasikan kembali ketentuan hubungan terapeutik-solusi dokumen dan/atau rencana disepakati dimana tepat.
- · Ketika sebuah resolusi tidak tercapai, rencana transisi mulus dari situasi yang menjamin bahwa kebutuhan pasien untuk perawatan aman dan efektif yang berkelanjutan tidak terganggu.
PEMBAHASAN
Keterkaitan
komunikasi efektif tersebut dengan beberapa buku diatas dapat membantu atau meciptakan
komunikai yang efektif. Maka dapat disimpulkan dalam menjalankan atau melakukan
komunikasi secara efektif diperlukan pemahaman dari berbagai buku yang sudah di
bahas di atas, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan terhindar
dari kesalahpahaman dalam proses komunikasi dengan budaya yang berbeda.
Keterkaitan
dari beberapa buku di atas dengan jurnal yang saya amati bahwa dalam
menciptakan komunikasi yang efektif ada beberapa elemen yang dapat kita
pelajari, diantaranya “pengengar aktif”
yaitu ketika
diminta untuk mendefinisikan komunikasi, kebanyakan orang
menggambarkan teknik yang digunakan
untuk mengekspresikan apa yang mereka
pikirkan, rasakan, ingin dsb. Yaitu bercerita, menulis
atau bahasa tubuh. bagaimanapun, ketika anda mendapat masalah yang sulit,
mendengarkan jauh lebih baik dari pada berbicara dan bentuk lain dari ekspresi.
Ketika kita mampu menjadi pendengar yang
baik untuk klien maka itu dapat berpengaruh terhadap perasaan klien, sehingga
ia merasa dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya dan ia akan merasa puas akan
pelayanan yang kita berikan. Komunikasi yang efektif akan berpengaruh pada
kesembuhan pasien.
Pada elemen kedua menurut keterkaitan
antara buku dan jurnal bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kebudayaan antar
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kebudayaan memiliki
keanekaragaman yang berbeda-beda sehingga kita sebagai tenaga medis harus
memahami budaya dan prilaku pasien yang memiliki karakteristik yang berbeda.
Pada elemen
ketiga menurut buku dan jurnal yang saya baca dimana komunikasi secara efektif
dilakukan dengan sesame tenaga medis, contohnya Komunikasi
Antara Dokter dan terapi fisik mahasiswa
atau baru lulus. Semua terapis setuju bahwa kesulitan
komunikasi utama bagi mahasiswa dan lulusan baru adalah keengganan untuk berkomunikasi dengan dokter karena mereka merasa terintimidasi oleh dokter. Para responden
mencatat bahwa siswa sering tidak memiliki pengalaman untuk tahu kapan atau apakah mereka harus menghubungi dokter. Salah
satu rekomendasi adalah bahwa tanggung
jawab utama dari terapi fisik
departemen pengawas harus membuka jalur
komunikasi dengan dokter untuk siswa dengan
membuat perkenalan pribadi dan
memperkuat hubungan independen yang sesuai dengan
siswa. Saran lain adalah bahwa siswa hadir selama tatap muka
dan percakapan telepon
antara terapis berpengalaman dan
dokter untuk mengamati perilaku model peran
yang tepat. Salah satu terapis
menyatakan bahwa mahasiswa dan lulusan baru enggan untuk
telepon dokter karena mereka
takut menjadi salah atau muncul tidak tahu apa
yang mereka bicarakan.
·
Terapis
menyarankan bahwa satu-satunya cara
untuk mengatasi rasa takut ini adalah meningkatkan frekuensi komunikasi
antara dokter dan mahasiswa.
Saran lain oleh terapis
yang untuk membuat komunikasi
dengan dokter "pendek
dan manis,"
·
untuk menghubungi dokter bila Anda tahu bahwa mereka memiliki waktu untuk berbicara dengan Anda
·
untuk mengenal
para dokter untuk mengembangkan kepercayaan. Para dokter mengira bahwa komunikasi merupakan keterampilan penting bagi terapis dan itu harus dikembangkan di sekolah. Salah satu dokter menyarankan
menggunakan role play: ".
Masukan
siswa di 'kursi
panas' untuk menyajikan ide-ide nya dengan ringkas,
dengan cara baik-terorganisir,
terutama dalam pengaturan tim rehabilitasi" Dua
dokter menyebutkan telepon sebagai intrusi
dan menyarankan siswa untuk menghindari menggunakannya tanpa pandang bulu. Dokter tersebut menyatakan bahwa mereka tetap sangat sibuk dengan
pasien dan bahkan panggilan telepon lima
menit ada yang mengganggu. Terapis fisik harus di dorong untuk mengembangkan hubungan individu dengan masing-masing dokter yang
di dasarkan pada persepsi-checking dan kompetensi keterampilan komunikasi.
Banyak
keuntungan bila kita menjalin hubungan yang baik dengan sesame tenaga medis,
apa bila kita membutuhkan pertolongan akan menjadi mudah ketika kita saling
mengenal dan juga akan mudah berdiskusi tentang berbagai macam konflik yang ada
di lingkungan sekitar.
Pada element ke empat keterkaitan antara
buku dan jurnal dimana ini berkaitan dengan sosiologi kesehatan, contohnya pada
saat melakukan penyuluhan atau ketika
dokter mendapat tugas untuk pengabdian di pedesaan maka ia harus pandai
besosialisasi dengan baik agar masyarakat awam paham akan hidup sehat. Sehingga
sosialisasi tersebut dapat menciptakan komunikasi secara efektif.
Pada element ke lima Mana
perawatan pasien dipengaruhi dengan cara apapun, jelas dan dokumentasi lengkap
sangat penting: fakta-fakta situasi, tindakan yang diambil untuk mengatasi
masalah ini, dan solusi atau kesepakatan dicapai
KESIMPULAN
Komunikasi antar tenaga medis dan
pasien yang sukses dan komunikatif serta berdampak positif bagi pasien. Hal ini
berdampak pada kualitas efektif dari komunikasi tenaga medis dan pasien
merupakan penentuan utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap
pengobatan dan perawatan. Secara khusus hubungan interpersonal tenaga medis dan
pasien yang baik dan meningkat ketika konteks komunikasi interpersonal
berlangsung denan keramahan tenaga medis, perilaku sopan, percakapan
social,perilaku mendorong dan empatik dan membangun kemitraan dan ekspresi
selama konsultasi. Pada intinya sebagai tenaga medis harus pandai berkomunikasi
untuk menjalin kenyamanan antara tenaga medis dan pasien tersebut.