19.1.15

just share

MAKALAH
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Komunikasi
COMMUNICATION EFECTIVE 
Tanggal 5 Januari 2015


Disusun oleh:
Widya Andini (021311033)
     FISIOTERAPI 2013


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
Jl. Kalibata raya no. 25-30 Jakarta Timur
Telp. (021) 80880882, Fax:(021) 80880883
Website: http://www.binawan-ihs.ac.id, Email: stikes@binawan-ihs.ac.id




PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang yang di bagi kepada orang lain. Berkomunikasi berarti menyampaikan suatu informasi dari sumber pesan (komunikator) kepada satu atau lebih penerima pesan (komunikan) dengan menggunakan seperangkat aturan atau cara tertentu.informasi yang disampaikan bisa menggunakan kata-kata, pesan, online, nada suara/telephone, bahasa tubuh dan lain-lain.
Komunikasi sangatlah penting di dalam kesehatan. Sebagai tenaga medis harus memiliki komunikasi yang baik karna komunikasi salah satu kunci keberhasilan tenaga medis untuk memberikan pelayan yang prima terhadap pasiennya. Sebaliknya, ketidakberhasilan tenaga medis terhadap masalah medis jika dikomunikasikan dengan baik tidak akan menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman. Kemampuan seorang tenaga medis untuk memiliki keterampilam berkomunikasi dengan baik terhadap pasiennya untuk mencapai sejumlah tujuan yang berbeda. Ada 3 tujuan yang berbeda berkomunikasi antara tenaga medis dan pasien :
1.      Menciptakan hubungan interpersonal yang baik
2.      Pertukaran informasi
3.      Pengambilan keputusan medis
Komunikasi  secara efektif dengan pasien merupakan dimana kita sebagai tenaga medis harus dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi secara efektif dapat membantu kesembuhan pasien lebih cepat, karena perasaan pasien berpengaruh terhadap psikilogi seseorang. Dengan terbentuknya komunikasi efektif maka akan mempermudah dalam proses pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan komunikasi yang efektif kita sebagai tenaga medis harus mempelajari antropologi kesehatan dan komunikasi antar budaya, pentingnya mempelajari antropologi kesehatan dan komunikasi antar budaya dapat membantu kita sebagai tenaga kesehatan melakukan komunikasi dengan berbagai kebudayaan dengan baik dan terhindar dari kesalahpahaman dalam proses komunikasi.
Selain itu di perlukan juga sosiologi kesehatan untuk mencapai komunikasi yang efektif karena dimana kita sebagai tenaga medis ketika mendapatkan tugas pekerjaan di berbagai daerah kita harus mampu untuk cepat beradaptasi terhadap lingkungan kerja kita, untuk menciptakan itu semua kita butuh bersosialisasi kepada tetangga baru ataupun masyarakat yang ada di sekitar kita dengan itu kita kan sedikit demi sedikit tau bagai mana sifat dan karakter dari masing-masing individu. Selain itu juga kita harus dekat dengan masyarakat sekitar agar kita dapat cepat di percaya untuk merawat dan menyembuhkannya banyak juga masyarakat pedesaan yang belum tau tentang kesehatan dan lingkungan yang baik dan sehat itu seperti apa maka tugas seorang tenaga medis adalah mensosialisasikan apa yang kita ketahui kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak lagi.
            Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan secara pribadi antar tenaga medis dan pasien. Dalam komunikasi interpersonal ini memerlukan paling sedikit 2 orang yaitu komunikator dan komunikan, komunikasi ini dapat terjadi secara langsung/bertatap muka amaupun tidak langsung/online.
Pada komunikasi interpersonal ini tenaga medis di tuntut untuk menjadi pendengar yang baik maka hal ini tenaga medis mendengarkan keluhan apa saja yang di alami oleh pasien. Tenaga medis harus membuat suasana menjadi kekeluargaan, tenang, bersahabat agar pasien merasa nyaman dan percaya pada tenaga medis, hal ini dapat memudahkan tenaga medis melakukan pengambilan keputusan medis.
komunikasi interpersonal yang ditutut untuk menjadi pendengar yang baik ini berkaitan dengan jurnal “effective communication” pada elemen ke 6 “active listening” dimana Active listening adalah ketika di minta untuk mendefinisikan komunikasi, kebanyakan orang menggambarkan teknik yang digunakan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan, rasakan, ingin dsb.
Yaitu bercerita, menulis atau bahasa tubuh. bagaimanapun, ketika anda mendapat masalah yang sulit, mendengarkan jauh lebih baik dari pada berbicara dan bentuk lain dari ekspresi. Maka sebagai tenaga medis selain kita harus menjadi komunikan yang baik kita juga harus menjadi pendengar yang baik untuk pasien kita. Karena keluhan yang di derita pasien dapat membaik dengan perasaan baik juga dari penderita, dengan cara pasien menceritakan keluhan-keluhannya kepada kita mungkin dapat meringankan beban yang dialami sang pasien walaupun kita hanya bisa menjadi pendengar yang baik.
Komunikasi interpersonal ini bersifat dinamis dan dua arah, jadi tenaga medis tidak hanya fokus dengan mendengarakan apa yang di keluhkan pasien. Tapi juga tenaga medis dapat menanyakan apa yang perlu di ketahui seperti kenapa bisa terjadi, Berapa lama Atau bagai mana kronologis kejadiannya, dengan pertanyaan seperti itu kita sebagai tenaga medis mendapatkan sedikit informasi dari pasien. ketika pasien menanyakan hal tenaga medis di harapkan kita sebagai tenaga medis mampu menjawab dengan baik hal ini merupakan komunikasi membutuhkan umpan balik. Jadi tenaga medis dan pasien harus saling koperatif dalam melakukan konsultasi agar menciptakan suatu komunikasi yang baik dan tidak ada kekeliruan.
Komunikasi secara efektif dengan pasien di antaranya dengan cara  menerapkan lisan dan proses komunikasi non verbal yang efektif, termasuk komunikasi tertulis, mengadaptasi komunikasi, di pengakuan dampak bahasa, budaya, kemampuan, usia, jenis kelamin dan status kesehatan, menangani kemungkinan kebutuhan komunikasi kelompok tertentu, menyesuaikan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien tertentu, resolusi Konflik, mendengarkan secara aktif. Menunjukkan strategi komunikasi yang biasa digunakan dengan klien dalam kaitannya dengan
1.      melakukan konsultasi yang efektif / wawancara
2.      menguraikan intervetensi yang di usulkan
3.      memberikan instruksi
4.      menerima dan memberikan umpan balik
Komunikasi bisa di lakukan secara verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang di lakukan secara langsung, bertatap muka satu sama lain. Dalam komunikasi verbal tenaga medis dapat memulai dengan memperkenalkan diri sebelum melakukan tindakan yang lainnya, lalu setelah mendengarkan berbagai keluhan dari pasien terapis sebelum melakukan treatmentnya terapis di minta untuk menjelaskan apa saja prosedur treatment, apa saja yang akan di berikan dan lain-lain hal ini dimaksudkan agar pasien tidak kaget dengan treatment yang di lakukan.
Saat berkomunikasi dengan pasien, tenaga medis dapat menggunakan bahasa yang formal tetapi tidak membuat pasien menjadi tegang dan tidak nyaman penggunaan bahasa dapat di lihat dengan melihat karakter sang pasien karna bahasa informal atau tidak resmi di anggap tidak professional. Gunakan juga bahasa yang  biasa yang mudah di mengerti pasien, saat berhadapan dengan pasien berhati-hatilah jika anda tenaga medis ingin melakukan humor hal ini untuk berjaga-jaga agar pasien tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan tenaga medis.
Hambatan pada komunikasi verbal adalah ketika pasien yang bersangkutan berbeda bahasa. Tenaga medis mungkin kesulitan jika pasien yang ditanganinya sulit mengungkapkan apa yang di keluhkannya hal ini membutuhkan juru bicara atau sang pasien bisa membawa saudara atau teman yang bisa mengartikan kepada tenaga medis agar tidak terjadi kesalah pahaman yang akan berakibat fatal untuk tindakannya dan juga gunakan nada suara yang positive agar sang pasien tetap merasa nyaman.
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh, kontak mata, bahasa isyarat,ekspresi wajah, posture, gesture, kontak mata dan lain-lainnya. Komunikasi secara non verbal lebih berpengaruh daripada komunikasi verbal, Penelitian memperkirakan bahwa komponen non-verbal yang terdiri dari 55%  sampai  97% dari komunikasi.
Dalam komunikasi non verbal ini tenaga medis dapat menghindari pertanyaan seperti “apa yang aku katakana?” di ganti dengan mengubah pertanyaan ke sebuah pemikiran pasien atau apa yang pasien rasakan seperti “apa menurut anda suara ini?” kebanyakan komunikasi non verbal bermanfaat ketika terapis atau tenaga medis melakukan tindakkan atau melakukan treatment.
Ketikan terapis melakukan tindakan maka terapis dapat mengecheck apakah pasien mengalami rasa sakit atau pasien tidak nyaman itu dapat di ketahui dari ekspresi pasien. Tenaga medis harus dengan cepat membaca ekspresi pasien, apakah ada perubahan sebelum tindakan, apakan pasien merasakan nyaman ditreatment oleh sang terapis, atau pasien menggerutkan wajahnya yang mengartikan pasien tidak nyaman atau kesakitan.
Komunikasi verbal dan nonverbal ini melibatkan suatu komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di lakukan dan dirancang untuk tenaga medis, dimana seorang tenaga medis membantu masalah yang di hadapi oleh pasiennya melalui proses komunikasi. Tujuan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan interpersonal antara tenaga medis dan pasien, dalam membantu mengurangi beban perasaan dan pikiran yang di derita klien, demi kesembuhan pasien.
Hubungan pasien dengan tenaga medis adalah hubungan yang saling menguntungkan hubungan yang saling mempengaruhi baik perasaan, pemikiran dan tingkah laku komunikasi interpersonal devito meliputi :
  • Keterbukaan (opennes) : kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
  •  Empati : empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui  apa yang sedang dialami pada suatu saat tertentu,dari sudut pandang orang lain.
  • Dukungan : situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung secara efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan terdapat sikap mendukung individu memperlihatkan sikap  dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategi.
  • Rasa positif : seseorang harus memiliki rasa posotif terhadap dirinya mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi kumunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
  • Kesetaraan (equality) :  komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

·         Perawat harus menghargai keunikan klien menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,budaya dan keunikan setiap individu.
·         Kejujuran (trustworthy) kejujuran adalah modal utama dalam melakukan komunikasi terapeutik tanpa adanya suatu kejujuran mustahil dapat membina hubungan yang saling percaya, klien akan jujur apa bila dalam memberikan informasi yang benar bila perawat dapat di percaya.
Dari ketiga elemen pada “effective communication”  berkaitan dengan beberapa buku yang sudah saya pelajari di antaranya buku antropologi kesehatan dimana antropologi kesehatan membahas disiplin budaya yang memberi perhatian pada aspek aspek biologis dan sosial budayadari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara cara interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
Buku komunikasi antar budaya, merupakan komunikasi yang menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antarbudaya, komunikasi antarbudaya yang intensif (sering) dapat mengubah cara pikir, persepsi dan sikap seseorang. Komunikasi antarbudaya yang efektif meliputi kemampuan seseorang dalam menyampaikan maksud, berinteraksi, menyesuaikan kebudayaan dan jaminan diri dalam memasuki budaya asing dengan baik.
Komunikasi antarbudaya yang efektif meliputi kemampuan seseorang dalam menyampaikan maksud, berinteraksi, menyesuaikan kebudayaan dan jaminan diri dalam memasuki budaya asing dengan baik. Buku komunikasi terapeutik, komunikasi terapeutik komunikasi yang di lakukan dan dirancang untuk tenaga medis, dimana seorang tenaga medis membantu masalah yang di hadapi oleh pasiennya melalui proses komunikasi.
Tujuan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan interpersonal antara tenaga medis dan pasien, dalam membantu mengurangi beban perasaan dan pikiran yang di derita klien, demi kesembuhan pasien. Buku psikologi kesehatan, dimana buku ini menjelaskan tentang bagian dari psikologi klinis, yang memfokuskan pada kajian dan fungsi kesehatan individu terhadap diri dan lingkungannya, termasuk penyebab dan faktor-faktor yang terkait dengan problematika kesehatan individu. 
Psikologi Klinis merupakan ilmu  yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya. Selain itu, tugas yang dihadapi psikologi klinis, adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan aspek kepribadian untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis mengenai kepribadian terdapat 3 aspek kepribadian yang pelu dipahami :Motivasi, Kapasitas dan Pengadilan.
      Kita sebagai tenaga medis harus pandai berkomunikasi agar meminimalisir konflik yang akan terjadi apabila penyampaian tidak sampai dengan baik. ketika mendapatkan suatu hambatan berupa konflik ingat apa yang telah di jelaskan di atas bahwa kita harus pandai untuk mendengarkan segala keluhan yang ada, tetap tenang dan menggunakan komunikasi yang jelas dan padat, jangan terpancing emosional kita tetap harus tenang.
sumber-sumber potensi konflik :
  1. Pasien tujuan dan harapan yang berbeda dari orang-orang dari terapi fisik  
  2. Kabur antara hubungan pribadi dan profesional / batas-batas.
  3. Berbeda kepribadian, gaya dan nilai-nilai

pencegahan konflik :
  •    Berkomunikasi tujuan dan harapan jelas – baik dalam verbal dan dalam bentuk tertulis, jika sesuai.
  • Menjadi hormat di sepanjang waktu-dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan hormat.
  • Menjadi hormat di sepanjang waktu-dengan mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara dengan hormat.

manajemen konflik :
  • ·         Menemukan waktu yang tepat dan tempat untuk mengatasi situasi menantang yang akan memungkinkan emosi kemarahan, ketakutan, atau pembelaan mereda sebelum memulai percakapan dengan pasien. Menyisihkan prasangka tentang pasien atau situasi untuk terlibat dalam diskusi sopan tentang bagaimana untuk menyelesaikan masalah.
  • ·         Menegosiasikan kembali ketentuan hubungan terapeutik-solusi dokumen dan/atau rencana disepakati dimana tepat.
  • ·         Ketika sebuah resolusi tidak tercapai, rencana transisi mulus dari situasi yang menjamin bahwa kebutuhan pasien untuk perawatan aman dan efektif yang berkelanjutan tidak terganggu.





                                            PEMBAHASAN
Keterkaitan komunikasi efektif tersebut dengan beberapa buku diatas dapat membantu atau meciptakan komunikai yang efektif. Maka dapat disimpulkan dalam menjalankan atau melakukan komunikasi secara efektif diperlukan pemahaman dari berbagai buku yang sudah di bahas di atas, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari kesalahpahaman dalam proses komunikasi dengan budaya yang berbeda.
Keterkaitan dari beberapa buku di atas dengan jurnal yang saya amati bahwa dalam menciptakan komunikasi yang efektif ada beberapa elemen yang dapat kita pelajari, diantaranya  “pengengar aktif” yaitu ketika diminta untuk mendefinisikan komunikasi, kebanyakan orang menggambarkan teknik yang digunakan untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan, rasakan, ingin dsb. Yaitu bercerita, menulis atau bahasa tubuh. bagaimanapun, ketika anda mendapat masalah yang sulit, mendengarkan jauh lebih baik dari pada berbicara dan bentuk lain dari ekspresi.
Ketika kita mampu menjadi pendengar yang baik untuk klien maka itu dapat berpengaruh terhadap perasaan klien, sehingga ia merasa dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya dan ia akan merasa puas akan pelayanan yang kita berikan. Komunikasi yang efektif akan berpengaruh pada kesembuhan pasien.
Pada elemen kedua menurut keterkaitan antara buku dan jurnal bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kebudayaan antar individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kebudayaan memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda sehingga kita sebagai tenaga medis harus memahami budaya dan prilaku pasien yang memiliki karakteristik yang  berbeda.
Pada elemen ketiga menurut buku dan jurnal yang saya baca dimana komunikasi secara efektif dilakukan dengan sesame tenaga medis, contohnya Komunikasi Antara Dokter dan terapi fisik mahasiswa atau baru lulus. Semua terapis setuju bahwa kesulitan komunikasi utama bagi mahasiswa dan lulusan baru adalah keengganan untuk berkomunikasi dengan dokter karena mereka merasa terintimidasi oleh dokter. Para responden mencatat bahwa siswa sering tidak memiliki pengalaman untuk tahu kapan atau apakah mereka harus menghubungi dokter. Salah satu rekomendasi adalah bahwa tanggung jawab utama dari terapi fisik departemen pengawas harus membuka jalur komunikasi dengan dokter untuk siswa dengan membuat perkenalan pribadi dan memperkuat hubungan independen yang sesuai dengan siswa. Saran lain adalah bahwa siswa hadir selama tatap muka dan percakapan telepon antara terapis berpengalaman dan dokter untuk mengamati perilaku model peran yang tepat. Salah satu terapis menyatakan bahwa mahasiswa dan lulusan baru enggan untuk telepon dokter karena mereka takut menjadi salah atau muncul tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
·         Terapis menyarankan bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi rasa takut ini adalah meningkatkan frekuensi komunikasi antara dokter dan mahasiswa. Saran lain oleh terapis yang untuk membuat komunikasi dengan dokter "pendek dan manis,"
·          untuk menghubungi dokter bila Anda tahu bahwa mereka memiliki waktu untuk berbicara dengan Anda
·         untuk mengenal para dokter untuk mengembangkan kepercayaan. Para dokter mengira bahwa komunikasi merupakan keterampilan penting bagi terapis dan itu harus dikembangkan di sekolah. Salah satu dokter menyarankan menggunakan role play: ".
Masukan siswa di 'kursi panas' untuk menyajikan ide-ide nya dengan ringkas, dengan cara baik-terorganisir, terutama dalam pengaturan tim rehabilitasi" Dua dokter menyebutkan telepon sebagai intrusi dan menyarankan siswa untuk menghindari menggunakannya tanpa pandang bulu. Dokter tersebut menyatakan bahwa mereka tetap sangat sibuk dengan pasien dan bahkan panggilan telepon lima menit ada yang mengganggu. Terapis fisik harus di dorong untuk mengembangkan hubungan individu dengan masing-masing dokter yang di dasarkan pada persepsi-checking dan kompetensi keterampilan komunikasi.
      Banyak keuntungan bila kita menjalin hubungan yang baik dengan sesame tenaga medis, apa bila kita membutuhkan pertolongan akan menjadi mudah ketika kita saling mengenal dan juga akan mudah berdiskusi tentang berbagai macam konflik yang ada di lingkungan sekitar.
Pada element ke empat keterkaitan antara buku dan jurnal dimana ini berkaitan dengan sosiologi kesehatan, contohnya pada saat melakukan  penyuluhan atau ketika dokter mendapat tugas untuk pengabdian di pedesaan maka ia harus pandai besosialisasi dengan baik agar masyarakat awam paham akan hidup sehat. Sehingga sosialisasi tersebut dapat menciptakan komunikasi secara efektif.
Pada element ke lima Mana perawatan pasien dipengaruhi dengan cara apapun, jelas dan dokumentasi lengkap sangat penting: fakta-fakta situasi, tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah ini, dan solusi atau kesepakatan dicapai

KESIMPULAN
            Komunikasi antar tenaga medis dan pasien yang sukses dan komunikatif serta berdampak positif bagi pasien. Hal ini berdampak pada kualitas efektif dari komunikasi tenaga medis dan pasien merupakan penentuan utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan. Secara khusus hubungan interpersonal tenaga medis dan pasien yang baik dan meningkat ketika konteks komunikasi interpersonal berlangsung denan keramahan tenaga medis, perilaku sopan, percakapan social,perilaku mendorong dan empatik dan membangun kemitraan dan ekspresi selama konsultasi. Pada intinya sebagai tenaga medis harus pandai berkomunikasi untuk menjalin kenyamanan antara tenaga medis dan pasien tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar